Senin, 14 Agustus 2017

Hikmah Gila 13 Agustus

Hikmah ini gue ambil dari tantangan gue bersama salah satu temen gue, mbak Hanifatun Na'imah untuk menantang diri kita sendiri untuk ekpedisi jogja bagian atas dengan melewati jalan yang belum pernah sama sekali kita lalui tanpa bantuan Google Maps dan tanpa bertanya ke orang-orang yang ditemui selama perjalanan. Jadi murni menggunakan insting doang hahaha. Untuk cerita lengkapnya, ntar gue tulis diblog klo gak males haha :))

Hikmah gilaaaa 13 agustus
1. Tetapkan goals. Jalani apa yg ada di depan kita, tanpa terlalu merisaukan dan terlalu banyak merencanakan ini itu yg akhirnya menghambat kita jalan, cukup yakin dan berusaha karena di depan kita akan selalu ada jalan. Terkadang ketika justru menetapkan target tinggi, akan jauh lebih sakit ketika target tersebut tidak tercapai. Tapi ketika menentukan goals without target, jalani dan didepan ternyata yg didapat melebihi daripada angan kita dulu.

2. Hidup seperti sebuah perjalanan, ketika merasa lelah, sulit dan hampir menyerah, didepan hasilnya akan menanti. Jalan hidup yg menanjak terjal menuntun kita kesebuah kesuksesan yg mampu menebus jerih payahmu.

3. Perjalanan turun lebih mudah, tapi akan menuju ke titik yg sama atau mungkin lebih rendah daripada titik awal kamu naik. Maka pilihan nya setelah kamu naik, akan kembali turun dengan mudah atau naik terus?

4. Dalam hidup ini jangan takut memilih jalan. Jika jalan tersebut salah, kamu harus tegas ganti jalan atau kau akan tersesat di jalan2 itu.
Jika jalan yg ingin kamu lewati, terlewati dan tidak kau lewati, jgn khawatir masih ada jalan yg lain yg pastinya punya keindahan tersendiri dan cocok denganmu. Tegas menentukan jalan membuat kita menghemat waktu dan lebih banyak belajar.

5. Kebahagiaan ada disekitar kita tanpa harus di cari, syukuri dan jalani. Karena bersyukur membuahkan kebahagiaan yg lebih indah daripada memaksakan kebahagiaan.

Senin, 20 Maret 2017

GAK PERNAH DIRESPON DI GRUP? KLO NANYA CUMA BANYAK YG NGE-READ TAPI GAK ADA YG BALES? BISA JADI GRUP LO NOT RESPONDING GARA-GARA BYSTANDER EFFECT

Sebenernya ini merupakan tulisan gue di Line. Tapi gak ada salahnya lah ya gue share di blog gue ini biar gak terlalu berdebu hahaha

Pernah gak si lo ngalamin kasus kek gini, nanya atau ngasih tau info di grup eh cuma di read doang? Mungkin sebagian besar dari lo pernah bahkan sering ngalamin yang namanya “cuma di read”. Hahaha yang sabar men

LOH KOK LO NGETAWAIN GUA??

Ehh eh gak gitu boss

HALAH BACOT LU

Eh seriusan gue ketawa karena kita senasib bro hikss *ketawa miris*

Oke lanjut. Nah fenomena yang sering terjadi di media sosial adalah Group Not Responding Effect. Kenapa sii kok bisa gitu? Ternyata ini udah dibahas loh oleh ahli Psychology, Dr. Philip Zimbardo dalam istilah Bystander Effect


Tapi sebelum kita masuk ke kasus grup, bystander effect juga terjadi di kehidupan sehari-hari. Sebenernya apa sii itu Bystander Effect? Gampangnya adalah efek dimana ketika lo ngerasa pengen ngelakuin sesuatu tapi ngelihat disekeliling lo gak ada yang ngelakuin maka lo mengurungkan niat untuk melakukan sesuatu. Gue kasih contoh misalnya gue dateng ke acara nikahan mantan eh eh maksudnya acara-acara pernikahan atau acara-acara pertemuan gitu.


BIM GAK USHA BAPER WOY, GUE HAJAR NIH!!


Iye maaf bro keceplosan


Lanjut. Disitu gue ngeliat ada prasmanan dengan lauk pauknya yang super dahsyat enaknya (gue gak sebut nama makanannya karena makanan enak itu relatif buat sebagian orang). Nah terus gue tuh udah laper pengen makan tapi ngeliat prasmanan sepi gue akhirnya mikir “ah orang lain aja belom makan, kayaknya emang belom dibolehin nih”… Ehh terus ada orang sebut aja si kampret (bukan nama sebenarnya) tiba-tiba ngambil piring, ngambil nasi, terus lauk pauknya sampe selesai ngambil salad dan buah-buahnya. Terus gue liat gara-gara satu orang itu, orang yang lain akhirnya pada ikutan ngantri dan gue akhirnya juga ikutan ngantri. NAH ITU yang gue maksud Bystander Effect. Kebayang kan? Klo dalam definisi Psikologinya adalah sebagai berikut


Bystender Effect: “Fenomena psikologi dimana orang-orang mengasumsikan bahwa ADA orang lain selain mereka yang akan terlibat dalam suatu peristiwa sehingga mereka sendiri tidak melakukan hal tersebut”


Ada suatu studi yang dikerjakan oleh dua psikolog, Bibb Latané and John Darley tentang Bystender Effect ini. Dalam riset mereka, satu pelajar ditempatkan sendiri dalam suatu booth dan diberikan mic dan headphones. Sementara pelajar yang lain ditempatkan dalam booth terpisah. Kemudian mereka disuruh diskusi tentang topik tertentu. Suatu saat salah satu dari mereka mengalami kejang-kejang. Lalu apa yang terjadi? 85% pelajar itu langsung melaporkan kejadian tersebut karena mereka berfikir bahwa percakapan yang berlangsung adalah percakapan satu lawan satu. Sementara 31% berfikir bahwa akan ada orang yang bakal nolong orang itu. Studi yang lain menunjukkan bahwa orang-orang akan tetap tinggal dalam suatu ruangan jika melihat orang lain tidak melakukan apa-apa[1].

Jadi ketika lo mikir bahwa:
“ah elah ntar ada juga yang nolong”
“ah elah ntar juga ada yang ngeshare”
dan ah ah yang lain (WARNING KERAS!!! TS tidak bermaksud apa-apa. TS masih polos sepolos silet), maka  lo udah terkena efek tersebut


Balik ke kasus kita dalam suatu grup, misalnya ada suatu info atau bahkan ada yang nanya biasanya lo liat bahwa tulisan Read by nya udah bejibun angkanya tapi tetep chat terakhir di grup ya cuma chat elo. Nah ini udah masuk Bsytander Effect. Mungkin lo dan gue juga sebenernya pernah mikir bahwa bakal ada orang yang mau jawab pertanyaan yang di grup sehingga lo yang sebenernya tau jawabannya akhirnya (dalam tanda kutip) “males” untuk ngebales. Tapi sayangnya Bystander Effect ini bakal nular ke orang lain dengan pemikiran yang sama dan akhirnya chat lu berdebu hingga salah satu orang angkat bicara digrup.

TERUS BIM GIMANA DONG CARA NGILANGINNYA??

Nah untuk menghilangkan kecenderungan Bystender Effect itu adalah melatih kebiasaan baik untuk ikut terlibat mengambil keputusan, mengambil tanggung jawab, baik langsung maupun tidak langsung, baik lo yang punya wewenang ataupun kagak secara sadar, secara sukarela dari diri lo sendiri.

Misalnya klo emang suatu grup sepi atau suatu kelompok itu diem-diem aja pas ngumpul, lo harus yang PERTAMA menjadi pembuka atau seenggaknya penggerak. Misalnya digrup ada yang nanya, lo yang TAU JAWABANNYA langsung segera menjawab apapun jawabannya. Syukur-syukur klo jawaban lo bener dan berfaedah, klo enggak ya ini buat ajang latihan lo ikut terlibat langsung tanpa MENGASUMSIKAN orang lain akan melakukan hal yang sama nantinya.

Kemudian misalkan lo ada di tempat umum dan melihat ada nya keanehan dimana orang-orang pada diem cuek gitu aja sementara lo berfikir bahwa ITULAH JAWABANNYA, maka segera dari situ lo harus MEMBERIKAN JAWABANNYA dari diri lo sebagai contoh lo ngeliat orang-orang kayak nungguin sesuatu misalnya pintu keluar yang ketutup, nah lo harus menganalisis masalah itu misalnya dengan ngecek pintu keluar apakah bisa dibuka atau tidak, mengecek petugasnya, dan lain sebagainya.

Terakhir adalah dalam kerja Tim untuk menyelesaikan suatu proyek, cara menghindari Bystander Effect dalam kerja tim, lo bisa langsung tanyai langsung secara personal ketimbang nanya didalam kelompok.

Intinya gimana lo gak usah mikir bahwa orang lain selain diri lo bakal ikut gerak hal yang sama, GAK USAH!! DIMANA LO MAMPU, DISITU LO LAKUIN. GAK USAH NUNGGU ORANG LAIN GERAK. Itu!
Nah sebelum penutup gue mau kasih tantangan buat lo yang baca tulisan ini
Tantangan 1: Jadi 3 orang yang pertama respon apapun share-share an info, atau pertanyaan yang masuk ke grup lo
Tantangan 2: Jadi orang pertama yang gerak di tempat umum. Mungkin dengan banyak bertanya dan tidak pasif hanya duduk menunggu sesuatu yang tidak jelas. Klo udah jelas sii gapapa.

Jadi itulah seperti itulah. Misalnya ada yang nanya ke gue
OKE BIM TEORI LU BAGUS, EMANG LO SENDIRI UDAH KEK GITU?
Jawabannya……………





Senyumin ajalah ya dulu WAKAKAK
Ya gue sendiri termasuk Bystander Effect akut stadium Bung Karno, eh maksdnya Stadium 4
Okay, overall lo dapet lah ya gambarannya. Oh ya gue ada video singkat tentang Bystander Effect




===================================

Reference
[1] https://curiosity.com/topics/the-bystander-effect-makes-you-less-likely-to-act-when-others-are-there-curiosity/ [Accessed on March 19, 2017]

[Disclaimer: For the rest is Myself opinion. I’m sorry if my opinion contain some pro-cons percepective. If you dislike, you can give me some correct or anything to improve my thinking. Thank you]

Untuk kritik, saran, dan komentar bisa dikasih kolom komen ya

IG: proffbimantara

Senin, 25 Juli 2016

Gunung Andong, Gunung buat Pemula tapi Kesan yang bakal didapet Gokil Abis

Haii bisa balik lagi ngepost artikel, tapi belom berupa artikel riset nih, kapan-kapan deh ya. Sekarang gue mau cerita tentang pengalaman gue mendaki gunung dan pas banget gue pergi nya ke gunung Andong, gunung yang cocok buat lo yang sebelumya belom pernah mendaki gunung karena dengan ketinggian 1726 mdpl sehingga tidak begitu berat dan bisa ditempuh naik-turun dalam sehari loh.

Gunung Andong terletak di Magelang, Jawa Tengah, lebih tepatnya gue gak tau pasti, tapi basecamp gue ada di daerah kudusan, jadi ya lebih spesifik tempatnya dikudusan. Tau gak? Gue yang pertam kali mendaki gunung dikasih jalur yang paling hard, susaaaahh. Yaitu jalur ke 6 alias terakhir yang berada di kudusan, namanya juga basecamp kudusan wkwkwk. Ada 6 jalur yang semuanya gue gak apal, yang gue tau desa sawit (ini udah terkenal banget karena jalurnya gampang dan menembus hutan pinus yang superrr indah), kampung pandem, kampung gogik, dan sisanya gue gak hafal, padahal waktu itu gue ngobrol bareng penduduk setempat tapi malah gk dicatet jalur2nya, kan lumayan buat lo yang pengen mendaki bisa dapet referensi jalur, yang jelas katanya jalur 6 ini lah yang paling berat karena baru aja dibuka. Gue nyampe basecamp ini sekitar jam 4 sore. Gue dari jogja untuk mencapai basecamp perlu waktu 2 jam setengah dengan kecepatan rata2 60 km/jam, kalo lo suka ngebut sampe 100 km/jam, mungkin bisa ditempuh 1 jam haha. Cuaca di daerah Jawa Tengah masih perpanjangan dari la nina, maksudnya harusnya udah musim kemarau tapi masih sering hujan setiap waktu tertentu, untuk di Jawa Tengah biasanya mulai dari sore udah mendung dan hujan ketika menjelang malam.